0
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING  UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWAKELAS IXH SMP NEGERI 2 SEMARAPURA
Oleh :
Ni Nyoman Sri Aryawati
SMPN 2 Semarapura Jln. Dewi Sartika No. 7 Semarapura

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Semarapura di Kelas IXH yang kemampuan siswanya untuk mata pelajaran IPS masih rendah. Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan datanya adalah tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif  untuk data kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah diskusi partisipatif dapat meningkatkan  prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I meningkat 76,50 %  untuk prestasi belajar. Dari Siklus I ke  Siklus II naik 80,00 %  untuk prestasi belajar. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan  prestasi belajar.
Kata Kunci : Contextual Teaching and learning;Prestasi belajar

                                             Abstract
This research was conducted in the Junior High School in the Class 2 Semarapura IXH is the ability of students for social studies is still low. The purpose of writing this classroom action research was to determine whether the learning model Contextual Teaching And Learning can improve student achievement. Data collection method is a test of learning achievement. Methods of data analysis is descriptive to quantitative data. The results obtained from this research is a participatory discussion to improve student achievement. This is evident from the results obtained in the first cycle increased by 76.50% for the learning achievement. From Cycle I to Cycle II rose 80.00% to learning achievement. Conclusion of this research is a model of learning Contextual Teaching And Learning can increase learning achievement.

Keywords: Contextual Teaching and learning; learning achievements

  Pendahuluan

Cara guru mengajar pada masa sekarang adalah merubah pengajaran menjadi pembelajaran. Cara guru mengajar masih mendominasi  (Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses). Kondisi yang ada di lapangan adalah ketidakmampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan strategi-strategi, teknik-teknik baru, kemalasan guru, pengajaran masih konvensional, banyak berceramah. Disamping hal-hal tersebut, siswa-siswa sekarang  juga jarang mau belajar. Untuk mengatasi hal-hal ini maka guru semestinya mampu merencanakan dengan baik, mampu melaksanakan., dan mampu menerapkan dan menggunakan model-model baru, sesuai kemajuan jaman dan teknologi, mampu menggunakan model-model pembelajaran baru, mampu menggunakan teknologi baru, menguasai keterampilan-keterampilan tertentu, teknik-teknik, metode-metode ajar dan teori-teori belajar.
Kebiasaan-kebiasaan guru mengajar tanpa membuat persiapan yang baik menjadi kendala bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Banyak guru mengajar tanpa membawa persiapan sama sekali. Praktek-praktek pendidikan semacam ini terus berlangsung lama bahkan sampai sekarang.
Keterampilan yang mesti dikuasai guru dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas. Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK 4307: 1-30).
Bertitik tolak dari uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-metode ajar; penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori belajar; penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta kegunaan mata pelajaran. Bila guru betul betul menguasai tehnik tentang hal hal yang di yakini. Namun kenyataannya bahwa prestasi belajar siswa kelas IXH. di semester I tahun pelajaran 2016/2017 baru mencapai nilai di bawah KKM dan untuk untuk prestasi belajar baru mencapai rata-rata 60,67. Dari rata-rata tersebut, ada 6 siswa memperoleh nilai 78 atau lebih atau 23 %, siswa memperoleh nilai 40 sampai 75  ada 23 siswa atau 77% siswa memperoleh nilai jauh dari KKM yang dipersyaratkan pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Semarapura
Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, agar masalah ini tidak berlarut-larut dan segera dapat dipecahkan dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran IPS, sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Hasil ini sesuai dengan harapan Depdiknas (2011: 20) yang menyatakan bahwa  dalam menulis latar belakang, masalah yang diteliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan.
Pada penelitian ini diharapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IXH SMP Negeri 2 Semarapura. Dan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran  CTL. Pemecahan masalah merupakan uraian alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (Depdiknas, 2011: 20).  Model pembelajaran Contextual Teaching And Learning merupakan salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatan mutu pembelajaran upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning mempunyai langkah-langkah yang mendorong keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk siap tampil dihadapan teman-temannya. Model Contextual Teaching And Learning ini mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut kemampuan yang matang dalam presentasi, menutut semangat yang tinggi untuk mengikuti pelajaran agar dapat mempersiapkan tampilan yang diharapkan, menuntut sebab akibat dari pelaksanaan diskusi. Siswa akan menjadi aktif akibat diberikan giliran untuk berbicara di depan teman-temannya, yang sudah pasti akan menimbulkan tuntutan-tuntutan kemampuan yang tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan.
Dari uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran Contextual Teaching And Learning menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya di depan siswa-siswa yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut, inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-motivasi, interpretasi serta kemampuan implementasi yang tinggi. Cara inilah yang dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.
Bertitik tolak dari uraian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL sebagai salah-satu inovasi pembelajaran diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena model pembelajaran CTL menitik beratkan pada konstruktivisme anak, penemuan, belajar berkelompok menuju pada kemandirian siswa.
Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang (Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).
Contextual Teaching And Learning terdiri dari 7 komponen yaitu: 1) konstruktivisme (membangun), 2) inkuiri, 3) questioning, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi dan 7) penilaian yang sebenarnya, dalam penerapan pengajaran yang dilakukan oleh guru mesti mengupayakan agar semua bagian-bagian tersebut tercakup dalam proses pembelajaran.
Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi berarti hasil yang telah dicapai sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian/ilmu (Depdiknas, 2011: 4).
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Semarapura Kelas IXH berjumlah 30 orang, laki-laki 14 orang, perempuan 16 orang, yang berlokasi di Jl Dewi Sartika No 7 Semarapura. Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 74) seperti terlihat pada gambar berikut.



Diadopsi dari Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 74)
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IXH SMP Negeri 2 Semarapura. Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa kelas IXH SMP Negeri 2 Semarapura setelah diterapkan model Contextual Teaching And Learning dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Desember 2016.
Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan tes prestasi belajar.
Metode yang  digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah metode deskriptif untuk data kuantitatif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus, membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam bentuk tabel dan grafik histogram. Dilanjutkan dengan penyusunan tes prestasi belajar dengan kisi-kisi instrumennya. Mengingat indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan KKM 78 pada mata pelajaran IPS, maka  diusulkan tingkat keberhasilan pada siklus I mencapai nilai 76,50 dan pada siklus II mencapai nilai 78 atau lebih.

Hasil
Rendahnya prestasi belajar siswa dengan rata-rata 60,67 telah disampaikan pada latar belakang. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a) cara pengajaran guru masih konvensional, guru masih mendominasi pembelajaran sehingga peserta didik lebih banyak menunggu. Sedangkan yang diharapkan dalam pembelajaran adalah agar siswa yang aktif mencaritemukan masalah yang dipelajari; b) siswa tidak terbiasa untuk berusaha sendiri; c) materi yang disajikan tidak ada pengembangan; e) rumusan tujuan belum tepat sesuai kata-kata kerja operasional.
Pada perencanaan siklus I, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dengan metode Contextual Teaching And Learning. Berdasar hasil awal kemampuan siswa kelas IXH yang tertera pada latar belakang, peneliti merencanakan kegiatan yang lebih intensif. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal, sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke-5  bulan agustus 2016. Sedangkan dalam penentuan sumber belajar sudah disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik. Merancang skenario pembelajaran  disesuikan dengan  tujuan,  materi  dan  tingkat  perkembangan siswa. Susunan dan langkah-langkah pembelajaran sudah disesuaikan dengan tujuan, materi, tingkat perkembangan siswa, waktu yang tersedia, sistematikanya adalah menaruh siswa dalam posisi sentral, mengikuti perubahan strategi pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran sesuai Permendiknas No. 41 Tahun 2007.
Dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan melaksanakan tahapan pembelajaran CTL yang terdapat dalam RPP, mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi dengan benar sesuai perencanaan di RPP, memulai dengan pembukaan, pembelajaran inti, pembelajaran penutup dan dilanjutkan dengan penilaian.  
Pada hasil pengamatan siklus I peneliti memberikan tes prestasi belajar berupa tes obyektif.  Hasil tes prestasi belajar siswa berdasarkan analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I dapat ditampilkan sebagai berikut  : rata-rata prestasi belajar 76,03, daya Serap (DS)  76,03%, persentase Ketuntasan Belajar (KB) , Median (Titik Tengah) adalah 75 dan Modusnya  80.  Hasil analisis data dapat disajikan dalam grafik histogram berikut ini :

Keberhasilan yang diperoleh siswa  menunjukkan hasil rata-rata 76,03. Dari data tersebut ada 17 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM sehinga mereka dibina kembali dan ada 12  orang siswa  memperoleh nilai di atas KKM. Peningkatan nilai dari rata-rata awal 62,93 ke siklus I menjadi 76,03  tidak terlepas dari perencanaan, pelaksanaan dan observasi yang telah dilaksanakan. Perencanaan yang dimulai dengan menyusun RPP yang baik dan benar sesuai alur CTL dengan melihat kekurangan yang ada sebelumnya, yaitu pembelajaran masih dilakukan secara konvensional, belum ada upaya konstruktivisme dan inkuiri, belum mampu merumuskan tujuan yang tepat, materi belum berhubungan dengan indikator. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada barulah diupayakan menyusun kisi-kisi dan intrumen penelitian yang dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan mengikuti alur CTL serta melakukan pengamatan terhadap semua perencanaan dan pelaksanaan sudah diperoleh hasil sesuai harapan walaupun belum maksimal.
Perencanaan siklus I yang sudah matang, dengan membuat RPP sesuai alur CTL lebih menuntun siswa mampu meningkatkan kemampuan belajarnya. Pada saat pelaksanaan, peneliti telah mengupayakan agar alur CTL berjalan sesuai harapan sehingga siswa betul belajar sesuai harapan model pembelajaran ini. Kendala yang masih ada adalah pola siswa baru mulai diupayakan belajar menggunakan model pembelajaran yang baru dimana para siswa mulai dituntut menemukan sendiri, sedangkan model pembelajaran yang lama masih sifatnya konvensional. Karena model ini baru mulai dicobakan, para siswa masih kaku, pasif kurang respon terhadap pembelajaran.
Dengan melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, refleksi data kuantitatif, maka untuk perencanaan pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: Peneliti merencanakan kembali jadwal untuk melakukan pembelajaran di kelas  dengan melihat jadwal penelitian pada Bab III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus I merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus ini. Menyusun  rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik serta membuat instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang dibuat seperti instrumen-instrumen sebelumnya yang meliputi  instrumen tes prestasi belajar.          Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan yang sudah dibuat. Terkait Contextual Teaching And Learning mulai diupayakan dalam pembelajaran
Pada pembelajaran inti peneliti  melaksanakan explorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk siap menerima pembelajaran, dan terakhir peneliti melaksanakan penutupan pembelajaran. Untuk pelaksanaan explorasi, elaborasi dan konfirmasi bagian-bagiannya cukup banyak dan penulis tidak paparkan panjang lebar karena kegiatan yang mesti dilakukan seperti diskusi, presentasi dan lain-lain sudah bisa dibaca pada instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran. Dilanjutkan dengan melaksanakan pengamatan berupa pemberian tes prestasi belajar. Dari hasil tes prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dianalisi melalui analisis kuantitatif sebagai berikut : rata-rata 81,72, daya Serap (DS) 81,72%, persentase Ketuntasan Belajar (KB)  86,21%, Median  80 dan Modus 80. Selanjutnya setelah dihitung secara statistik dengan mencari banyak kelas, rentang kelas dan panjang kelas interval yang disusun kedalam tabel frekwensi dapat disajikan kedalam grafik histogram seperti berikut ini :
Gambar .    Histogram  Prestasi Belajar Siswa Kelas IXH Siklus 2

Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I yaitu dari 76,03  menjadi 81,72.  Dari data ini ditemukan 26 siswa  ada mendapat nilai di atas KKM dan ada 3  siswa  memperoleh nilai di bawah KKM. Siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata akhirnya dibina kembali, diberi arahan-arahan, motivasi-motivasi, penguatan-penguatan agar mereka berupaya lebih baik. Secara keseluruhan hasil yang didapat telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian sehingga tidak diterikan lagi ke siklus berikutnya.
Perencanaan siklus I yang sudah matang, dengan membuat RPP sesuai alur CTL lebih menuntun siswa mampu meningkatkan kemampuan belajarnya. Pada saat pelaksanaan, peneliti telah mengupayakan agar alur CTL berjalan sesuai harapan sehingga siswa betul belajar sesuai harapan model pembelajaran ini. Pengamatan/observasi juga sudah berjalan sesuai harapan walaupun hasilnya belum memenuhi kriteria usulan penelitian mengingat peneliti baru mulai menggunakan model pembelajaran yang baru.
Penelitian yang dilakukan pada siklus berikutnya yaitu siklus II dimulai lagi dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penilaian terhadap hasil perencanaan dapat disampaikan bahwa RPP yang dibuat sudah sesuai dengan harapan model pembelajaran CTL. Ini bisa dilakukan dengan baik karena peneliti sudah berpengalaman membuat RPP CTL sebelumnya yaitu pada siklus I. Pelaksanaan yang sudah cukup mantap dapat dilakukan seuai alur CTL yang tertera pada bagian teori, begitu juga observasi/pengamatan berjalan sesuai harapan. Setelah direfleksi ternyata hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan usulan keberhasilan penelitian, sehingga dapat dinilai bahwa pelaksanaan penelitian pada siklus II ini sudah cukup memuaskan.

Pembahasan
Nilai rata-rata siswa di siklus I sebesar 76,03  menunjukkan bahwa siswa setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna bila dibandingkan dengan tes awal yang hanya mencapai 62,9. Hasil ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata pelajaran IPS Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Contextual Teaching And Learning. Hal ini sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan oleh Soedomo (1989/1990) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran IPS menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat membantu siswa untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata pelajaran IPS lebih jauh.
Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang diusulkan pada mata pelajaran IPS di sekolah ini yaitu 78. Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 81,72.  Hasil ini menunjukkan bahwa metode Contextual Teaching And Learning telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan. Contextual Teaching And Learning merupakan model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki kemampuan berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas, bertukar pikiran, berargumentasi, mengingat penggunaan metode ini adalah untuk memupuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.
Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran IPS menitikberatkan kajiannya pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran, prilaku maupun keterampilan yang dimiliki. Untuk semua bantuan terhadap hal ini, metode Contextual Teaching And Learning  menempati tempat yang penting karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu sebanyak 25 orang, dan 4 siswa memperoleh nilai dibawah KKM.  Dari perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode Contextual Teaching And Learning. Walaupun penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, namun pada saat  peneliti mengajar di kelas cara ini akan terus dicobakan termasuk di kelas-kelas lain yang peneliti ajar.
Setelah dibandingkan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 62,93  naik di siklus I menjadi 76,03 dan di siklus II naik menjadi 81,72.  Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SMP Negeri 2 Semarapura. Hasil rekapitulasi perkembangan hasil prestasi belajar siswa dapat disajikan kedalam tabel berikut ini :     
Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Siklus I sampai Siklus II
Variabel
Hasil Tes Awal
Hasil Tes Siklus I
Hasil Tes Siklus II
Rata-rata
Kenaikan Rata-rata
% Kenaikan
Rata-rata
Kenaikan Rata-rata
% Kenaikan
Prestasi Belajar


62,93
76,03
13,1
20,82
81,72
5,69
7,48



Simpulan
Bertitik tolak dari pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-metode yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba metode Contextual Teaching And Learning dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada.
Bertumpu pada rendahnya prestasi belajar siswa yang disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan penelitian ini yang  untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar. Seberapa besar peningkatan yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis. Berdasar pada semua data yang telah disampaikan tersebut.
Tujuan penelitian yang disampaikan di atas dapat dicapai dengan bukti siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM semakin berkurang, rata-rata prestasi belajar siswa semakin meningkat dan kentuntasan belajar siswa juga semakin bertambah. Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan pembelajaran dapat disampaikan bahwa model Contextual Teaching And Learning dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal, review, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian yang maksimal.
Kesimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS, penggunaan metode Contextual Teaching And Learning semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model Contextual Teaching And Learning dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian.


Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Badan  Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2002. Contextual Teaching And Learning. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Penjaminan Mutu Pendidik.

Depdiknas. 1999. Pengelolaan Pengujian Bagi Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah Pada Siswa Kelas II SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Singaraja. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas.

Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.

Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas & Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus Media.












Posting Komentar

 
Top